Metro – Pernyataan calon Wakil Wali Kota Metro, M Rafieq Adi Pradana, yang menyebut Kota Metro sebagai daerah yang “terisolir” dalam debat kandidat di Hotel Aidia Grande, Rabu (13/11/2024), menuai kontroversi. Warga Metro dan para tokoh lokal bereaksi, menganggap pernyataan itu kurang memahami fakta geografis dan infrastruktur kota yang berada di tengah Provinsi Lampung ini.
Banyak warga mempertanyakan pandangan Rafieq, yang berpasangan dengan Bambang Iman Santoso. Menurut mereka, Kota Metro memiliki akses yang baik ke berbagai fasilitas utama. Jaraknya yang hanya sekitar 15,2 km dari pintu Tol Tegineneng serta kedekatannya dengan Bandara Raden Intan II, yang hanya berjarak 25,4 km, menunjukkan bahwa kota ini mudah dijangkau dari berbagai wilayah di Lampung.
Selain itu, warga menganggap bahwa posisi Metro sebagai pusat transit juga diperkuat dengan jalur lintas kabupaten yang memudahkan konektivitas dengan Lampung Timur dan Lampung Tengah. “Kami di sini punya akses ke mana-mana, ke tol dan ke bandara. Dibandingkan dengan kota lain, posisi Metro sangat menguntungkan,” kata Rudi, warga Kampung Sawah.
Reaksi juga datang dari Irma, warga 24 Kota Metro, yang merasa bingung dengan pernyataan Rafieq. “Beliau itu bergelar doktor, tapi bilang Metro terisolir. Apa dia tidak memahami akses di sini?” ungkap Irma. Di sisi lain, Wahdi, calon wali kota lain dalam debat tersebut, menegaskan bahwa Metro tidak terisolir. “Ada banyak akses masuk, baik dari tol maupun bandara, menunjukkan bahwa Metro bukan kota yang sulit dijangkau,” ujarnya.
Pernyataan Rafieq ini pun menambah dinamika dalam kontestasi Pilkada Kota Metro, di mana faktor pembangunan infrastruktur dan konektivitas menjadi salah satu fokus penting bagi warga dan calon pemimpin di kota tersebut.