LAMPUNG BARAT (HE) — Hasil panen yang melimpah serta didukung dengan harga yang stabil tentu menjadi harapan bagi petani di Lampung Barat (Lambar), namun itu hanya menjadi isapan jempol semata. Pasalnya, ditengah musim panen justru sejumlah agen sayur di Lambar terpaksa membuang buah tomat lantaran tak laku.
Kondisi itu di ungkapkan salah satu agen sayur di Kelurahan Pasar Liwa, Robin (33), dirinya terpaksa membuang hasil produksi tani, tanaman tomat diantaranya, lantaran tidak laku di pasaran.
“Udah wajar hal tersebut di kalangan para agen saat hasil panen melimpah dan kami pun terpaksa menampung seluruh hasil panen dari para petani dan terjadi penumpukan,”kata dia.
Akibat penumpukan sayur tersebut menurut Robin, para agen di Lambar pun kewalahan dalam memasarkan hasil pertanian, sementara permintaan pasar lebih sedikit bila dibandingkan dengan pasokan yang ada.
“Sehingga barang yang belum laku ditahan dahulu, ini yang menyebabkan barang digudang menumpuk sehingga membusuk, sehingga mau tidak mau iya harus dibuang,”jelasnya.
Masih kata Robin, dengan kondisi tersebut dirinya tetap berupaya membeli hasil pertanian dengan harga murah ditengah melimpahnya hasil panen, itu dilakukan lantaran demi menjaga kepercayaan dari para petani terhadap agen sayur.
“Kepercayaan petani yang kita jaga, karena ketika harga turun dan kita membatasi ataupun tidak mau membelinya maka saat harga sayuran mahal para petani tidak mau lagi menjual hasil panenan kepada para agen,”bebernya.
“Dan bila harga sayur naik lah sebenarnya keuntungan bagi para agen,”sambungnya.
Sementara itu, pembuangan tomat busuk pun kata Robin, dilakukan lantaran tidak dapat lagi bernilai ekonomis dan mengungkapkan adanya faktor suplai barang dari luar daerah misalnya Medan, Jawa, dan lainnya. “Padahal stok di Lampung masih melimpah, khusunya di Lambar, sementara Lambar salah satu sentra penghasil sayuran,”imbuhnya.
Dirinya pun berharap, dengan peristiwa tersebut agar pemerintah setempat hadir memberi solusi berupa kebijakan yang melindungi para agen sayur dan petani.
“Seperti misalnya, ketika stok melimpah, daerah lain tidak diperbolehkan menyuplai, kecuali bila kekurangan maka suplai dari daerah lain diperkenankan, itulah suka duka dan dilema para Agen,”tutupnya.