Bidan RSUD TUBABA Dipecat Sepihak Direktur, Sempat Kembali Dipekerjakan Didapur

  • Bagikan
Foto : Istimewa (doc HE)
banner 468x60

TULANGBAWANGBARAT, harianeksekutif.com – Bidan di Rumah Sakit Umum Tulang Bawang Barat, menjadi korban arogansi direkturnya. Pengabdian dan harapannya menjadi ASN atau PPPK dari jalur tenaga honorer harus berakhir ditangan sang direktur dr. Pramono Satrio Wibowo, pemberhentiannya hanya karena permasalahan spele yang sebetulnya bukan mutlak kesalahan sang Bidan.

Adalah DN, bidan honor asal Kabupaten induk (Tulangbawang) yang ditugaskan dibagian pendaftaran di RSUD Tulang Bawang Barat (Tubaba), mengaku telah bersusah payah mengabdi selama 7 tahun. Pulang Pergi (PP) Menggala – Panaragan, jarak yang cukup jauh dan masih banyak tempat sepi bukanlah hal yang mudah bagi seorang perempuan.

DN diduga dipecat diduga terlalu vocal menyampaikan aspirasi dan ada ketersinggungan Pramono lantaran Dena menyebut namanya tanpa menyertakan panggilan kehormatan selalu yakni panggilan Pak Direktur atau Pak Dokter pada saat berselisih faham dengan keluarga pasien.

“Awal mula permasalahannya, karena ada keluarga pasien orang dinas kesehatan menyampaikan akan mendaftar di jam yang sudah lewat siang, secara kebetulan pasien di RSUD Tubaba juga sedang full,” tutur DN.

Padahal, lanjutnya, apa yang ia sampaikan kepada keluarga pasien itu, merupakan kesepakatan bersama dengan para pegawai lainnya agar menutup sementara pendaftaran untuk pasien yang tidak gawat, mengingat didalam sedang banyak pasien dan di RSUD sedang dipenuhi para calon ASN yang sedang test Kesehatan.

“Mungkin tidak terima, orang dinas itu langsung telepon manajemen, singkatnya kami langsung dimarah,”kata Dena menceritakan permasalahan.

Selanjutnya, terus DN. Keluar pasien itu justru pergi begitu saja, setelah menelepon pihak manajemen. Harusnya, menurutnya bila sudah ada kenalan orang dalam kenapa tidak langsung berkomunikasi atau kenapa tidak bisa bersabar sedikit. Terlebih bukan merupakan pasien gawat darurat.

“Jadi waktu, itu ada kesalahan fahaman dengan keluarga pasien yang hendak mendaftarkan, saat itu saya menegur. Sang keluarga pasien dan Dena sedikit berargumen, secara spontanitas dan dalam keadaan emosional, saya mengatakan kenapa tidak langsung menelepon Pramono, nah itulah yang diduga jadi sebab ketersinggungan,”urai DN.

Esok harinya, sang Direktur langsung marah besar dengan memanggil keruangan kerjanya. Menyadari salah, dirinya langsung meminta untuk dimaafkan, namun Pramono tetap bersikukuh akan melakukan pemecatan, bahkan dia menantang siapa saja yang bisa melawan kehebatan pena yang digunakan dia dalam menandatangani surat.

“Pokoknya saya sudah berulangkali menyampaikan permohonan maaf, tapi tidak sedikitpun pak Pramono bergening. Dia justru meminta saya untuk mengerahkan keluarga atau orang dibelakang saya, untuk menghadapinya,”bebernya panjang.

“Silahkan kamu mau mengadu kepada siapapun, saya tidak takut. Mau mengadu ke Pj Bupati, DPRD, atau Wartawan saya tidak ada urusan,”kata DN menirukan ucapan mantan pimpinannya.

DN menyesalkan perlakuan tidak adil dari atasannya, yang mana para pegawai lainnya, hanya diberikan SP.1 tanpa harus ada pemberhentian. Dena tidak menyerahkan, beberapa kali dia menemui pihak manajemen untuk memberikannya kesempatan namun selalu ditolak, Parahnya lagi, sepekan lebih dari dia dilakukan pemecatan dia kembali dipekerjakan dibagian dapur setelah dirinya mengadu kepada Anggota DPRD.

Awalnya dirinya menganggap itu hanya hukuman untuk beberapa Minggu, namun berjalannya waktu. Dia tetap tidak ditarik ketempat semula atau dapat ditaruh ditempat sesuai bidang Pendidikannya. Akhirnya Dena harus memutuskan benar-benar berhenti.

Dalam kesempatannya, Bidan yang telah ditinggal ayahnya sejak ia masih kecil. Berharap sang direktur tidak berlaku sewenang-wenang terhadap bawahannya, dia juga berharap direktur dapat lebih bijaksana dan profesional tidak selalu menyombongkan jabatan dan dapat berlaku adil.

“Banyak sekali permasalahan dan kejanggalan dirumah sakit, permasalahan yang saya lakukan dengan teman-teman pendaftaran itu sangat spele, sebab kami sudah memberikan kesempatan agar keluarga pasien menunggu dan pasien pun belum tiba di RSUD, ada kelalaian besar lainnya yang menurut kami fatal dan ada indikasi tidak beres didalam manajemen,”tutup DN.

banner 400x130
Editor: Mawardi HJ
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *